Lestarikan Seni musik Panting
paninggalan Urang tuha bahari
Makam Tumpang Talu terletak di Kampung Parincahan Kecamatan Kandangan, berjarak sekitar 1 Km dari pusat kota Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Makam ini adalah makam tiga orang pejuang yakni Bukhari, Landuk dan H.Matamin dalam satu lubang yang gugur pada peristiwa pemberontakan Amuk Hantarukung tanggal 19 September 1899. Hamuk Hantarakung merupakan salah satu peristiwa bersejarah di kampung Hantarukung, Kalsel. Hantarukung, sebuah kampung kecil sekitar 7 km dari Kandangan (Hulu Sungai Selatan, Kalsel). namun di kampung ini menyimpan kisah heroik para pahlawan bangsa dalam menentang penjajahan Belanda di masa abad ke-19. Walaupun tidak tercatat sebagai peristiwa nasional, namun masyarakat lokal menganggap bahwa Hamuk Hantarukung merupakan usaha rakyat Hulu Sungai Selatan (Kalsel) dalam mengusir penjajah Belanda.
Diranah Banjar, terdapat beberapa sub etnis dengan budaya, perilaku dan kearifan lokal masing-masing. Sudah jamak disini, ketika muncul ketentuan baku yang entah mendapatkan legalitas dari mana, tentang pembagian keahlian berdasarkan sub etnis dan perilaku yang dianut. Bagaimana dimasyarakat Banjar, urang (penduduk, red) Rantau dan Kandangan diidentikkan sebagai pelindung, urang Barabai, Amuntai dan Nagara sebagai kaum pebisnis, urang Kelua sebagai ahli perkebunan dan urang Martapura sebagai imam.
Perkembangan seni tradisional di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sungguh teramat sangat memprihatinkan. Padahal disebuah desa di kabupaten itu, dulunya terkenal sebagai sentra kesenian yang melahirkan banyak sekali seniman handal. Kini, semua bak tersapu badai Tsunami. Bahkan, dua kesenian tradisional, Tari Baksa Kambang dan Musik Panting yang diciptakan oleh urang asli Barabai, terancam punah. Tragis memang.